Frieren si penyihir elf bersama kelompok Himmel sang pahlawan berhasil membawa kedamaian yang telah berlalu selama 10 tahun setelah mengalahkan raja iblis.
Setelah petualangannya bersama kelompok Himmel sang pahlawan berakhir, Frieren memutuskan perjalanan seorang diri hingga akhirnya 50 tahun kemudian, mereka bertemu kembali.
Keadaan Himmel kini sudah renta dan hidupnya tak lama lagi, berbeda dengan Frieren yang telah hidup lebih dari seribu tahun. Setelah menyaksikan kematian Himmel, dia tersadar bahwa selama ini tidak pernah berusaha untuk “mengenal manusia”. Menyesali hal tersebut, Frieren memutuskan untuk melakukan perjalanan demi “mengenal manusia”.
Di sinilah pentingnya memahami perspektif orang lain, dengan memahaminya kita bisa berempati dan bisa mengenal orang lain lebih baik lagi.
Coba bayangkan ketika kamu melihat berita tentang seorang pejabat memerintahkan masyarakat suatu daerah untu makan nasi. Padahal di suatu daerah tersebut masyarakatnya mengonsumsi umbi-umbian. Pejabat tersebut sungguh tidak mengenal masyarakatnya, bukan?
Sama seperti Frieren yang “tidak mengenal manusia”, sesuai menaklukkan iblis, ia heran dengan apa yang dilakukan manusia. “Kenapa manusia membangun patung?” dan “kenapa manusia suka sekali mengadakan perayaan?”, seperti itulah keheranannya.
Frieren tidak memahami bahwa melakukan keduanya untuk mengingat peristiwa atau tokoh. Seperti salah satu adegan saat membangun patung.
Himmel menyampaikan sebuah makna mendalam kepada Frieren, “Alasan terbesarku mungkin, agar kamu tidak sendirian nanti”. Ia paham kalau hidup abadi seperti Frieren tidaklah mengenakkan, people come and go. Berteman dengan kesepian.
“Bukanlah dongeng. Keberadaan kita benar-benar nyata”, tambah Himmel kepada Frieren. Dengan adanya patung sebagai pengingat, ini juga merupakan bukti bahwa apa yang kelompok Himmel lakukan bukanlah bulan belaka.
Di masa depan, Frieren sudah sedikit berubah, ia berusaha mengenal manusia. Dengan memberikan hadiah kepada Fern, meskipun ia tidak tahu apakah Fern menyukainya atau tidak. Setidaknya ia mencoba mengenal manusia.
Salah satu hal penting dari sudut pandang adalah, kita tidak boleh menghujat orang lain karena berbeda sudut pandang. Seperti pepatah yang kamu bisa temui di internet, “Kalau menurut kamu suatu hal itu benar, belum tentu orang lain salah. Kalian hanya melihat dari sudut pandang berbeda”.
Frieren yang tidak mengerti manusia itu wajar karena ia melihat manusia dari sudut pandang elf, bukan dari manusia itu sendiri. Jadi, jangan hujat Frieren, ya?
Maka dari itu, pahamilah sudut pandang orang lain agar kamu bisa berempati. Setelahnya kamu bisa membangun hubungan lebih baik lagi kepada orang lain tersebut.
Aku siap bantu brand-mu dengan komunikasi yang tepat sasaran dan menarik perhatian.
Sembunyikan Aku Mau!